Lhokseumawe | InfoLhokseumawe.com — Yayasan Solidaritas Aksi Peduli (YSAP) Foundation, bekerja sama dengan Indika Foundation, sukses menyelenggarakan kegiatan Gerak Dampak Academy 2025 di Aula Kantor Wali Kota Lhokseumawe pada Minggu, 21 September 2025. Program ini merupakan inisiatif strategis untuk membangun kapasitas generasi muda Aceh agar menjadi agen perdamaian dan perubahan sosial di tengah masyarakat.
Acara yang dibuka dengan sesi Mini Bootcamp ini dihadiri oleh 100 peserta dari berbagai latar belakang. Mereka mendapatkan pembekalan dari sejumlah narasumber dan fasilitator yang ahli dalam isu perdamaian, kepemimpinan, dan pembangunan sosial.
Kegiatan ini dirancang interaktif untuk memperluas wawasan, mengasah keterampilan kepemimpinan, dan memperkuat komitmen para pemuda terhadap nilai-nilai perdamaian, sekaligus menjadi sarana untuk membangun jejaring kolaborasi.
Direktur Eksekutif sekaligus Founder YSAP Foundation, Agustia, mengungkapkan bahwa program ini memiliki makna strategis dalam mencetak generasi penerus yang peduli terhadap perdamaian.
“Program ini kami rancang bersama Indika Foundation sebagai wadah pengembangan kapasitas generasi muda agar menjadi agen perubahan di bidang perdamaian, kepemimpinan, dan pembangunan sosial. Tahun ini, tema yang kita angkat adalah Kesetaraan Akses— karena kita percaya setiap anak muda berhak mendapatkan ruang, layanan, dan kesempatan yang sama untuk berkembang,” ujar Agustia.
Pemilihan tema Kesetaraan Akses sejalan dengan tantangan aktual yang dihadapi pemuda, terutama terkait kesenjangan kesempatan dalam pendidikan, layanan publik, dan partisipasi sosial. Melalui Gerak Dampak Academy, peserta diajak untuk tidak hanya memahami isu, tetapi juga merumuskan solusi dan strategi demi mewujudkan prinsip kesetaraan dalam kehidupan sehari-hari dan peran kepemimpinan mereka.
Tiga Fase Pembinaan Menuju Aksi Nyata
Gerak Dampak Academy 2025 dirancang dalam tiga fase pembinaan. Fase pertama adalah Mini Bootcamp yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, 20 peserta terbaik akan dipilih untuk mengikuti fase kedua, yakni Peace Camp. Pada fase ini, mereka akan menjalani kelas intensif selama 3 hari 2 malam dengan konsep kemah perdamaian.
Fase ketiga merupakan puncak dari program, di mana ke-20 peserta terpilih akan diajak untuk melaksanakan aksi nyata bersama masyarakat sesuai dengan fokus isu dan bidang masing-masing.
Agustia berharap melalui akademi ini, lahir pemimpin muda yang kritis, inklusif, dan berdaya. Pemimpin yang mampu menjembatani perbedaan, menciptakan kolaborasi lintas komunitas, serta menebarkan dampak nyata bagi Aceh dan Indonesia, sesuai dengan semangat YSAP Foundation, yaitu Empowering Humanity—menguatkan kemanusiaan, membangun perdamaian, dan memperjuangkan keadilan sosial.
Antusiasme dan partisipasi aktif dari seluruh peserta dalam sesi diskusi dan berbagi pengalaman praktis menjadi indikasi keberhasilan awal program ini, yang penekanannya tidak hanya berhenti di ruang pelatihan, tetapi akan berlanjut dengan implementasi aksi nyata di tengah masyarakat. []