Lhokseumawe | InfoLhokseumawe.com — Upaya penetapan hari jadi resmi Kota Lhokseumawe memasuki babak baru melalui penyelenggaraan Seminar Sejarah Kota Lhokseumawe bertema “Bandar Lhokseumawe dalam Perspektif Pemerintahan dan Sejarah.” Seminar ini secara resmi dibuka oleh Wali Kota Lhokseumawe, Sayuti Abubakar, di Aula Kantor Wali Kota setempat, pada Selasa (14/10/2025).
Seminar yang diinisiasi oleh Majelis Adat Aceh (MAA) Kota Lhokseumawe ini bertujuan menggali dasar ilmiah dan fakta sejarah yang kuat untuk menentukan tanggal resmi hari lahir Kota Lhokseumawe.
Dalam sambutannya, Wali Kota menyampaikan apresiasi atas kontribusi seluruh pihak dalam kegiatan tersebut. Ia menegaskan bahwa Kota Lhokseumawe memiliki peran historis yang sangat penting.
“Lhokseumawe bukanlah kota yang muncul tiba-tiba, melainkan memiliki perjalanan sejarah panjang dan peran penting dalam perkembangan pemerintahan, perdagangan, serta peradaban di kawasan utara Aceh,” ujar Sayuti.
Ia menjelaskan bahwa Lhokseumawe telah berperan besar sebagai bandar penting di pesisir utara Aceh, mulai dari masa Kerajaan Islam Samudera Pasai hingga kini menjadi kota otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001.
Fokus utama Wali Kota Sayuti adalah mendorong penetapan hari jadi Kota Lhokseumawe yang didasarkan pada kajian ilmiah dan dasar sejarah yang kuat. Ia mengajak seluruh peserta, yang terdiri dari akademisi, budayawan, tokoh masyarakat, dan unsur Forkopimda, untuk berpartisipasi aktif.
Wali Kota Sayuti mengharapkan masukan konstruktif agar tercapai kesepakatan bersama yang akan menjadi pijakan Pemerintah Kota (Pemkot) dalam menentukan tanggal resmi hari lahir Lhokseumawe.
“Pemerintah Kota akan menindaklanjuti hasil seminar ini agar Lhokseumawe memiliki hari jadi resmi yang dapat diperingati setiap tahun sebagai momentum memperkuat identitas dan kebanggaan masyarakat,” tambahnya.
Kegiatan ini diharapkan menjadi ajang penting untuk menggali kembali nilai-nilai historis, memperkuat literasi sejarah lokal, serta melestarikan warisan budaya daerah. Seminar ini turut dihadiri Wakil Walikota Lhokseumawe Husaini, unsur Forkopimda, serta narasumber dari berbagai lembaga pendidikan dan penelitian sejarah.
Pemkot Lhokseumawe juga menyatakan komitmennya dalam mendukung upaya pelestarian sejarah, termasuk perlindungan terhadap situs, artefak, manuskrip, dan warisan budaya takbenda (WBTb) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Lhokseumawe. []