Lhokseumawe | InfoLhokseumawe.com — Wali Kota Lhokseumawe, Sayuti Abubakar, secara resmi menutup kegiatan Seminar Sejarah Kota Lhokseumawe yang berlangsung di Aula Kantor Wali Kota Lhokseumawe, Rabu (15/10/2025). Seminar yang bertema “Bandar Lhokseumawe dalam Perspektif Pemerintahan dan Sejarah” ini menghasilkan kesepakatan penting, yaitu menjadikan tanggal 17 Oktober 2001 sebagai rujukan utama penetapan Hari Jadi Kota Lhokseumawe.
Dalam sambutannya saat penutupan, Wali Kota menyampaikan apresiasi atas komitmen ilmiah para narasumber, peserta, dan tim perumus. Ia menegaskan bahwa hasil seminar ini akan menjadi pijakan kuat bagi Pemerintah Kota (Pemkot) dalam menetapkan tanggal resmi hari jadi.
“Kesepakatan yang lahir dari seminar ini bukan hanya bersifat akademis, tetapi juga menjadi dasar moral dan historis bagi kita semua dalam menetapkan hari jadi Kota Lhokseumawe. Pemerintah Kota akan menindaklanjutinya dengan langkah konkret dalam bentuk regulasi dan keputusan resmi,” ujar Sayuti.
Berdasarkan rumusan tim perumus, momentum peresmian pembentukan Pemerintah Kota Lhokseumawe pada 17 Oktober 2001 disepakati sebagai rujukan utama penetapan hari jadi. Kesepakatan ini didasarkan pada kajian berbagai perspektif yang mempertimbangkan sejarah panjang wilayah Lhokseumawe—yang dulunya merupakan bagian penting dari jalur perdagangan dan pemerintahan di Aceh Utara.
Kajian historis lain juga menyoroti eksistensi Teluk Samawi yang telah dikenal sejak abad ke-13, menjadi bukti kuat peran penting kawasan Lhokseumawe dalam peradaban maritim di pesisir utara Aceh.
Selain kesimpulan historis, para peserta seminar juga menyepakati sejumlah rekomendasi penting yang ditujukan kepada Pemerintah Kota Lhokseumawe, yaitu menyiapkan regulasi tentang penetapan hari jadi Kota Lhokseumawe, mendorong kalangan akademisi dan pemerhati sejarah untuk terus menelusuri data dan fakta sejarah yang mendukung identitas kota, serta mengambil langkah lanjutan dalam penetapan predikat atau gelar kehormatan bagi Kota Lhokseumawe sebagai kota dengan nilai sejarah tertentu.
Wali Kota Sayuti menegaskan komitmen Pemkot untuk menjadikan hasil seminar ini sebagai dokumen rujukan resmi dalam menyusun kebijakan dan regulasi ke depan.
“Penetapan hari jadi kota bukan sekadar simbol seremonial, tetapi momentum untuk memperkuat rasa memiliki, membangun kebanggaan kolektif, dan meneguhkan jati diri masyarakat Lhokseumawe,” tegasnya.
Acara penutupan seminar dihadiri oleh Majelis Adat Aceh (MAA) Kota Lhokseumawe, akademisi, budayawan, serta tokoh masyarakat. Acara diakhiri dengan pembacaan hasil rumusan resmi oleh Tim Perumus Seminar Sejarah Kota Lhokseumawe yang diketuai oleh Saifuddin Saleh dan disepakati bersama pada tanggal 15 Oktober 2025. []