Lhokseumawe | InfoLhokseumawe.com — Dalam upaya menghadapi tantangan krisis identitas budaya yang makin mengancam generasi muda, Yayasan Jinoe (Jinoe Foundation) menggelar Dialog Budaya Kaum Muda 2024 di Aula Kantor Wali Kota Lhokseumawe, pada Minggu, 22 Desember 2024.
Diskusi anak muda yang mengusung tema ”Dari generasi ke generasi menjaga identitas budaya di tengah arus budaya modernisasi” ini bertujuan untuk membangkitkan kesadaran kaum muda tentang pentingnya melestarikan warisan budaya di tengah derasnya arus modernisasi.
Acara ini dihadiri oleh 80 peserta yang berasal dari berbagai komunitas dan organisasi kepemudaan, mahasiswa, pelajar hingga pelaku budaya. Kegiatan ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk mendalami nilai-nilai budaya Aceh sekaligus berdiskusi tentang cara mempertahankannya di era globalisasi.
Acara dibuka secara resmi oleh Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setdako Lhokseumawe, Darius S.Sn, yang juga memberikan apresiasi tinggi kepada Yayasan Jinoe atas inisiatifnya.
“Kami sangat mengapresiasi Yayasan Jinoe yang telah menggelar dialog penting ini. Langkah seperti ini menunjukkan komitmen nyata dalam membangun generasi muda yang tidak hanya memahami modernisasi, tetapi juga tetap bangga pada identitas budaya lokalnya. Ini adalah contoh kontribusi luar biasa dari masyarakat untuk melestarikan budaya kita,” ujar Darius.
Sementara itu, Ketua Pembina Yayasan Jinoe, Ramadhan, dalam sambutannya menyampaikan keprihatinannya terhadap fenomena krisis identitas budaya yang melanda generasi muda.
“Arus modernisasi telah membawa pengaruh besar, namun jangan sampai kita kehilangan identitas sebagai orang Aceh. Dialog ini adalah upaya kami untuk menghidupkan kembali kesadaran kaum muda terhadap pentingnya budaya dalam membangun masa depan yang berkarakter,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan komitmen Yayasan Jinoe untuk terus memfasilitasi kegiatan anak muda dalam berbagai bentuk.
“Kami percaya bahwa kaum muda adalah kunci pelestarian budaya. Oleh karena itu, Yayasan Jinoe akan terus menghadirkan program-program yang relevan, inovatif, dan memberdayakan untuk memastikan mereka memiliki ruang yang cukup untuk belajar, berkreasi, dan berkontribusi dalam pelestarian budaya Aceh,” tambah lulusan Prodi Sosiologi USK ini.
Wakil Ketua Komisi I DPRK Lhokseumawe, Farhan Zuhri S.Hum M.Pd, yang hadir sebagai narasumber utama, memberikan pandangan mendalam mengenai peran strategis budaya dalam membentuk karakter generasi muda.
“Budaya bukan hanya hiasan, melainkan identitas diri yang menentukan arah dan masa depan kita. Ketika generasi muda kehilangan budaya, mereka kehilangan akar dan pijakan,” tegas Farhan.
Farhan juga mendorong kaum muda untuk lebih aktif dalam melibatkan diri dalam kegiatan budaya. “Indonesia yang maju di tahun 2045 harus ditopang oleh generasi muda yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga kuat dalam identitas budaya,” katanya.
“Saya percaya dialog seperti ini tidak hanya menyadarkan, tetapi juga menggerakkan. Generasi muda Aceh harus mampu menjadi pelopor dalam pelestarian budaya lokal. Pemerintah dan masyarakat perlu memberikan dukungan penuh kepada inisiatif seperti yang dilakukan Yayasan Jinoe,” tutur Farhan.
Arita Yuda Ketiara Rizki, seorang Laskar Rempah Aceh untuk Program Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024, turut memberikan paparan inspiratif. Ia menjelaskan bagaimana budaya Aceh dapat menjadi instrumen diplomasi untuk membangun hubungan lintas daerah dan bangsa, sekaligus menginspirasi kaum muda untuk bangga akan akar budaya mereka.
“Melalui berbagai program kebudayaan yang bisa diikuti oleh anak muda, kita dapat mendorong pelestarian budaya sekaligus mengenalkan keunikan Aceh ke dunia luar,” ujarnya.
Acara ini dipandu oleh Darwinus, Agam Duta Wisata Kota Lhokseumawe 2022, yang berhasil menciptakan suasana interaktif dan penuh semangat selama diskusi berlangsung.
Dialog Budaya Kaum Muda 2024 menghadirkan berbagai sesi menarik, termasuk diskusi mendalam, lokakarya budaya, dan berbagi pengalaman antara generasi muda dan tokoh budaya. Melalui program ini, Yayasan Jinoe berharap dapat memperkuat komitmen generasi muda dalam melestarikan warisan budaya Aceh sekaligus menjadikannya relevan di era modern. []